Travel Fotografi - Edisi November & Desember 2013
India
Singgah ke ibukota dinasti yang ditinggalkan, membidik bisunya
keanggunan berbalut mistisme arsitektur bangsa
Mughal.
Ghost
City atau Kota Hantu, demikianlah julukan yang acapkali
disandangkan untuk Fatehpur Sikri. Terletak di bubungan bebatuan cadas, 40 km
arah barat daya Agra, India, kota kuno ini menyimpan misteri yang sulit
dipahami selama ratusan tahun.
Meski disebut kota hantu,
berkat keindahan dan nilai sejarahnya, Fatehpur Sikri diterahkan UNESCO sebagai
World Heritage Site sejak tahun 1986. Nama Fatehpur Sikri sendiri berarti ‘Kota
Kemenangan’ dan hal itu jelas terlihat melalui kemegahan arsitektur disana.
Tahun 1569 merupakan
tonggak berdirinya Fatehpur Sikri. Oleh Raja Jalaluddin Muhammad Akbar,
penguasa India saat itu, ia diekspetasikan menjadi ibukota baru bagi Dinasti
Mughal menggangtikan Agra. Raja Akbar yang sebelumnya telah berhasil membangun
Taj Mahal, mendatangkan arsitek dan seniman terbaik demi mendirikan Fatehpur
Sikri. Dalam tempo 16 tahun, struktur-struktur bangunan sarat nilai filosofi membentuk
kota ini bak sebuah taman digdaya sekaligus simbol toleransi Islam-Hindu yang
menjadi karakter kepemimpinan Raja Akbar.
Sayangnya, impian menjadi
ibukota baru bagi Dinasti Mughal hanya berlangsung selama kurang dari lima
tahun. Tanpa perang, tanpa musibah apapun, penduduk yang ditempatkan di Fatehpur
Sikri meninggalkan kota ini dan mencari tempat bermukim lain. Anehnya, mereka
melakukan itu secara serempak. Alhasil, Fatehpur Sikri pun seketika menjadi
kota tak berpenghuni.
Penyebab peristiwa tersebut
tidak diketahui dan hanya menyisahkan sejumlah rumor yang diperdebatkan hingga
sekarang. Yang paling popular disebutkan bahwa tiadanya persediaan air
mendorong penduduk pergi, namun sejumlah peneliti membantah karena tak jauh
dari sana terdapat sebuah danau dengan volume air yang cukup untuk seisi kota. Kini
sistem pengairan telah tersedia, namun Fatehpur Sikri tetap tak dihuni. Cuma
aktifitas pariwisata yang membuatnya berdenyut.
Umumnya pelawat Fatehpur
Sikri datang dari Agra, memperlakukannya semacam destinasi alternatif setelah
Taj Mahal. Transportasi terbilang muda karean jalur ini masuk dalam zona wisata
emas. Peminat fotografi tak perluh kuatir sebab kunjungan bolak-balik dapat
dilakukan dalam satu hari.
Kompleks yang mentereng
berwarna merah bata merupakan ponten Fatehpur Sikri. The Royal Palace yang
menjadi bangunan utama, memaparkan seni kriya Hindu dalam tatanan dan formasi
Islamis. Surau dan bangunan pribadi, misalnya, dihadapkan ke arah Mekkah
sebagai kiblatnya. Penyuka fotografi patut menyadari bahwa secara umum, ruang
lingkup akses istana dibagi dua, satu untuk pria dan lainnya untuk perempuan. Sedangkan
pengunjung campuran, bebas lalu lalang di bagian yang dinamakan Diwani Am.
Kawasan untuk wanita hanya
bisa dinikmati dari luar. Meskipun begitu ornamen ekterior dari tiga istana
seperti Jodhbai’s Palace,
Birbal’s Palace, dan Hawa Mahal amat memikat untuk diabadikan. Sedangkan Diwani
Khas, kawasan pria, ditandai oleh alun-alun lapang. Di sekelilingnya berjejer kelompok
bangunan dengan daya pikat sendiri-sendiri yang akan menghasilkan foto
variatif. Eksplorasi kian menyenangkan saat menyusuri ruang maupun
lorong-lorongnya.
Agak terpisahkan jaraknya,
berdiri kompleks Mesjid Jami, satu dari mesjid terindah di India. Datanglah
saat pagi atau senja hari biar mendapat akses masuk gratis dan bila kabut
sedang turun, nuansa mistis tertangkap dengan pas di tempat ziarah umat Islam
ini.
Valentino Luis (Copyright)
Cuplikan artikel ini dimuat di Majalah TRAVEL FOTOGRAFI edisi November-Desember 2013
Lebih Lengkap, silahkan disimak di:
Travel Fotografi Magazine (Official Website),
Travel Fotografi Mag (Twitter)
Comments