Travelxpose Magazine - Desember 2013
Pendar Kemilau
PORTO
Oleh VALENTINO LUIS
|
JK Rowling boleh saja menghabiskan waktu bertahun-tahun
di kota ini demi menciptakan Harry Potter. Namun bukan itu alasan pelancong
berduyun kesana. Sebagai metropolitan juga kota pelabuhan di negeri para petualang,
Porto punya selaksa pesona yang lebih hebat ketimbang mendompleng popularitas novel
tersebut. Jika belum begitu akrab dengan namanya, barangkali sekaranglah
saatnya melihat pendar kemilau Porto.

Namun mari sejenak singkirkan Harry Potter, sebab kota yang
berhadapan dengan Samudra Atlantik ini tidak bisa direpresentasikan lewat sekuel
kisah fiktif belaka. Denyut Porto sebagai sebuah pelabuhan dagang disinyalir
telah ada sekitar tahun 275 Sebelum Masehi saat Kekaisaran Romawi menjangkau
wilayah ini dan menamakannya Portus-Cale,
‘Pelabuhan yang terjaga’. Tak disangka, frasa itu kemudian tak hanya teralamatkan
bagi area kota saja namun meluas menjadi identitas bangsa. Ya, penamaan Portugal berasal dari afiliasi
Portus-Cale ini. Jadi jangan heran bila warga Porto punya ‘sense of belonging’
yang tinggi terhadap negara di ujung barat benua Eropa tersebut dibanding
penduduk kota lain, Lisbon sekalipun.
Jiwa nasionalis yang kuat dari warganya pula akhirnya membentuk
Porto menjadi pusat industri dan bisnis Portugal. Bursa saham (stock exchange)
pun dipertaruhkan disini. Boleh dikatakan dialah penyuntik dana bagi
pembangunan seantero negeri. Dari situ lantas muncul olok-olokan sarkatis: “Porto
bekerja, Lisbon menghamburkannya.”
Toh, Porto tak mau menempatkan diri sebagai ‘kantor’ para pekerja
semata. Kota kelahiran bintang sepakbola Bruno Alvez, Duda, dan Raul Meireles
ini pun tahu betul bagaimana cara bersenang-senang. Ia punya Vinho do Porto, label anggur yang khusus
dibudidayakan disana dan terkenal sebagai satu produk anggur terbaik sejagat.
Selain itu, tata letak kota pun luar biasa fotogenik. Sungai Duoro yang
bermuara disini dimahkotai enam jembatan nyentrik menjulang, pusat kota disesaki puluhan monumen
bersejarah, dan budaya kuliner yang mengakar.
A Cidade Invicta, Kota Yang Tak Tertaklukkan, demikian
julukan Porto, sebentuk penegasan akan indenpendensi terhadap rongrongan
penguasa lalim. Sekedar diketahui, Porto sempat menghabiskan waktu setahun penuh
berperang demi cita-cita agar berdiri sendiri sebagai kerajaan otonom.
Untuk melongok isi kota berpenduduk 1,6 juta jiwa ini, Anda musti mengalokasikan
waktu yang cukup banyak. Bukan lantaran jauhnya letak antar obyek, melainkan
karena jumlah situs yang bejibun dan sarat nilai sejarah. Titik permulaan
biasanya di stasiun pusat, dan Porto sangat bangga memiliki stasiun nyentrik
bernama Estacão São Bento (St. Benedict Station). Menjejakkan
kaki setibanya dari airport atau dari kota manapun, Anda akan terperanga dengan
elegansi stasiun berumur seabad ini.
Lebih dari 20.000 keping Azulejos indah menutupi dinding São
Bento. Azulejos adalah seni keramik khas Portugal yang amat digandrungi para
bangsawan abad Pertengahan. Berwarna putih-biru dan berhiaskan lukisan naratif.
Pokoknya Anda bakal menjadikan stasiun ini sebagai salah satu stasiun favorit.
Proklamasikan kepada kerabat atau sahabat di Tanah Air perihal keberadaan Anda
di Porto dengan membeli dan mengirimkan kartu pos ciamik tapi super murah di
kios hijau yang nongkrong tepat di halaman stasiun.
Valentino Luis (Copyright)
***
Cuplikan artikel ini dimuat di Majalah TRAVELXPOSE edisi Desember 2013, sebanyak 12 Halaman.
Lebih lanjut, silahkan simak di:
Cuplikan artikel ini dimuat di Majalah TRAVELXPOSE edisi Desember 2013, sebanyak 12 Halaman.
Lebih lanjut, silahkan simak di:
Comments