Travel Fotografi Juni - Juli 2013




Gunung Batur,
Bali


Menikmati panorama vulkan indah di jantung  Pulau Dewata. Mendaki ke puncaknya demi menyongsong fajar.

Oleh Valentino Luis

Tak terbantahkan, Bali adalah destinasi utama wisata Nusantara. Siapapun yang mengaku senang jalan-jalan ataupun penyuka fotografi sudah pasti memasukan nama pulau ini ke daftar teratas, bahkan seperti candu, mereka akan datang lagi dan lagi.  Gunung Batur, salah satu objek wisatanya.

Terletak di Kabupaten Bangli, gunung vulkanis ini terkenal akan panorama serta pesona terbitnya matahari dan dicatat UNESCO sebagai global geopark pertama di Indonesia. Berjarak kira-kira 70 km dari pusat keramaian Kuta dan 34 km dari jantung seni Ubud, Batur menjadi gunung tertinggi kedua di Bali setelah Gunung Agung. Tingginya mencapai 1717 meter.

Menurut catatan, Batur telah meletus sebanyak 26 kali. Letusan yang terjadi berulang kali itu menciptakan sebuah palung menyerupai cincin dengan komposisi gundukan gunung, lautan pasir, dan danau air tawar. Topografi palung yang naik-turun ditumbuhi pepohonan Ampupu dan ilalang tampak elok, menjadikannya sebagai lokasi favorit untuk fotografi, syuting iklan, serta film.

Berkendaraan dari manapun menujuh Batur, arah yang lazim jadikan patokan yakni Kintamani. Desa ini langsung menghadap ke gunung dan menyediakan puluhan restoran di bibir tebing. Mereka yang hanya ingin memandang Batur dari jauh, biasanya cukup berdiri di beberapa titik sekitar restoran yang berjejer disana.

Pengunjung yang sengaja datang untuk menikmati  terbitnya matahari di puncak gunung umumnya dimonopoli turis mancanegara. Entah malas mendaki atau ogah dengan suhu dingin pagi hari, hanya sedikit sekali wisatawan domestik yang naik  ke punggung Batur. Padahal pemandangan matahari terbit sangat memikat jika disimak dari sana.

Matahari  muncul agak di bagian tenggara gunung, dari balik perbukitan. Cahayanya merambat pelan menimpah danau. Menguak kabut pagi, menghasilkan pijar keperakan. Langit tak ubahnya sebuah kanvas tertuang cat warna-warni. Indah sekali. Jika cuaca sempurna, dari puncak Batur Anda bisa menerawang sosok Gunung Agung yang jauh di timur sana. Waktu terbaik mendaki yakni di musim kemarau, antara bulan Mei hingga Oktober.

Selain sunrise, di puncak gunung Anda bisa melihat lubang-lubang gas yang mengeluarkan uap hangat. Ya, Batur masih berstatus gunung aktif. Ada kalanya pendaki membawa telur ayam yang nantinya akan dikuburkan hingga matang di lubang tersebut.

Di atas puncak juga terdapat warung sederhana dimana Anda dapat memesan minuman hangat dan sarapan seraya mempersiapkan peralatan fotografi serta mengenal area.

Terbitnya matahari terjadi antara pukul 6 sampai 6.30 pagi. Pastikan Anda menemukan spot yang tepat agar leluasa memotret. Manfaatkan bebatuan atau elemen lain untuk memperoleh motif foto unik. Oya, hati-hati dengan kawanan monyet yang muncul bersamaan dengan terangnya matahari. Walau tidak agresif namun sebaiknya Anda tidak mengeluarkan barang bawaan yang memancing perhatian mereka.

Cuplikan artikel ini dimuat di Majalah TRAVELFOTOGRAFI edisi Juni-Juli 2013 

Comments

Popular posts from this blog

Travelxpose Magazine - Februari 2014

National Geographic Indonesia (NatGeo) Traveler - Desember 2012

National Geographic Indonesia (NatGeo) Traveler- Juli 2012