Travel Fotografi - April 2014

Menyeberang ke
Nusa Lembongan
Satu sisi dari Negeri Seribu Pura dengan pesona bahari yang santai dan natural. Menyingkap pantai tersembunyi dan tertegun oleh drama alam.

Orang bilang, berpelesir ke Bali hampir sama dengan berbelanja ke supermarket. Saking banyaknya pilihan yang ditawarkan propinsi yang satu ini, butuh waktu yang  alot untuk dapat menjatuhkan pilihan terakhir. Tak heran juga bila mereka yang tahun ini ke Bali barang tentu akan memperoleh ‘kejutan’ baru apabila kembali lagi tahun berikutnya. Pariwisata Bali tak pernah henti berdetak.

Tapi singkirkan bayangan hiruk pikuk Kuta dan Legian, atau Ubud beserta obyek-obyek lain di seantero pulau yang namanya telah menjagat. Pernahkah terlintas di benak untuk singgah ke nusa-nusa kecil yang melengkapi peta geografis Bali? Ke Nusa Lembongan, misalnya.

Ukuran pulau ini hanya 8 kilometer persegi, dengan satu pulau kecil lagi yang menyisipinya. Kebeningan air lautnya paling baik dari semua lokasi di Bali, jika dipatok berdasakan lokasinya yang dekat dengan pemukiman. Dapat dikatakan pula bahwa Nusa Lembongan adalah surganya pencinta aktifitas wisata air. Dari yang santai hingga menantang andrenalin. Penginapan disini pun memenuhi semua  level budget, baik ekonomi maupun super mewah. Percaya atau tidak, supermodel Claudia Schiffer serta keluarga selebriti David dan Victoria Beckham sempat melabuhkan waktu liburan mereka disini. Tengok saja akomodasi kelas satu seperti Villa Pantai, Villa Bukit Lembongan, atau Villa Batu Karang yang tarif inap per malamnya dibandrol antara 300 - 1000 USD.


Dari pulau yang berbentuk kepala ular ini, Anda bisa melihat Bali dengan sudut pandang berbeda. Pagi hari matahari menyembul dari balik Gunung Agung, pelan menghalau kabut, lalu terbenam kala senja hari tepat di tengah-tengah bagian barat selat sempit yang memisahkan Bali dan Nusa Lembongan. Indah nian. Karena suasananya yang masih sepih dan natural, Lembongan belakangan menjadi sasaran para honeymooners.

Dengan kasat mata pulau ini bisa ditilik dengan jelas dari Pantai Sanur. Namun jangan keliru, secara administratif ia tidak termasuk dalam wilayah Kotamadya Denpasar melainkan Kabupaten Klungkung. Padahal jaraknya terpisah tak sampai 15 km.

Menit-menit sebelum kapal merapat mata Anda akan tersihir oleh jernihnya laut, bak kaca saja, dimana isi samudra dapat dilihat sampai ke dasarnya. Anda juga bakal langsung tergoda untuk lekas mendarat begitu melihat rangkaian pantai-pantai berpasir putih yang mengitari pulau ini. Ada

Eksplorasi Nusa Lembongan umumnya dimulai di Jungut Batu, kampung dimana kapal-kapal berlabuh sekaligus pusat semua yang berkaitan dengan pulau ini. Cara terbaik untuk menikmati keindahan pulau yakni dengan bersepeda motor. Jangan kuatir, warga tidak agresif ketika menawarkan jasa. Mereka sopan dan terbuka untuk bernegoisasi. Harga rental sepeda motornya berkisar Rp.60.000-70.000, selisih sedikit saja dari Sanur atau Kuta. Dari mereka pula kita bisa menghimpun informasi terbaru tentang Nusa Lembongan, bahkan tak tertutup kemungkinan untuk memperoleh bocoran ‘tempat rahasia.’

Surfing atau Snorkeling?
Jika selama ini Anda mengira surfing hanya eksis di pantai-pantai barat Pulau Bali, maka Anda keliru. Gulungan ombak yang sempurna pun tersedia di Nusa Lembongan, terutama pesisir Kampung Jungut Batu. Ini merupakan salah satu sasaran para surfers dunia. Disini mereka merasa lebih tenang dan betul-betul menyatuh dengan alam lantaran atmosfer yang laid-back serta minim hiruk pikuk bisnis.

Tidak sulit untuk mengabadikan kelompok penggila olahraga ini di Lembongan sebab mereka doyan menginap di Jungut Batu yang rata-rata kamar hotelnya lumayan ‘bersahabat’ bagi kantong backpackers atau long stay visitors. Paling bagus mendapati aksi permainan mereka pagi hari, malah jauh sebelum matahari terbit beberapa dari mereka sudah melengos pergi ke tengah laut. Yang berniat memotret aksi seruh tersebut patut membawa lensa tele karena ombak yang baik berada setelah 500 meter dari tepi pantai.

Jungut Batu juga lokasi strategis untuk foto-foto sunrise sekaligus sunset karena posisinya membentuk tanjung, seperti ujung lidah. Jadi, dalam satu kesempatan pagi hari, yang dapat dipotret tak cuma permainan para surfers tapi juga momen terbitnya matahari, pasir putih, dan tentunya aktifitas nelayan membongkar tangkapan ikan semalam.


Merasa tidak cukup puas hanya memotret di tepi laut dan ingin menelisik kekayaan bawah laut juga? Nusa Lembongan punya jawaban untuk Anda yang gemar snorkeling. Awalnya saya sendiri agak ragu mendengar pulau ini sanggup bertanding dengan Padang Bai dalam hal keindahan bawah laut, namun  setelah menyaksikannya sendiri saya jadi percaya.

Kira-kira enam kilometer dari Jungut Batu ke arah timur menyusuri jalan dekat pantai, Anda akan menemukan titik penyelaman bernama Mangrove Point. Sepanjang jalan tampak penduduk Lembongan mengembangkan budi daya rumput laut. Asal tahu saja, rumput laut disini diekspor regular ke Jepang.

Tempat favorit saya untuk mampir ketika mengunjungi Mangrove Point adalah Warung Paradise.  Letaknya paling pojok dan selain asyik untuk memesan makanan, warung ini juga memberikan perlengkapan snorkeling cuma-cuma bagi konsumennya. Bila laut sedang surut, bersantai-santailah dulu. Pasir pantainya putih keemasan dan sangat lembut. Snorkeling dilakukan tepat di hadapan Warung Paradise. Nikmatilah warna-warni ikan serta terumbuh karang yang subur. Tempat ini masih sepih pengunjung, serasa milik sendiri.

Aduh Nyali di Nusa Ceningan.
Nusa Lembongan punya ‘anak’ bernama Nusa Ceningan. Pulau imut tapi berbukit dan berkarang. Menggapainya, Anda tak perluh naik perahu tapi cukup melewati jembatan kuning pipih nan fotogenik.

Ombak di sisi selatan Nusa Ceningan agak liar dan nyaris 24 jam berdebur kencang menghantam karang-karang. Bunyinya berdegum keras. Ngeri juga melihatnya, namun wisatawan asing justruh menjadikan fenomena alam tersebut sebagai tontonan.

Ada sebuah tanjung seperti laguna, popular dengan sebutan Jumping Point. Seturut namanya, lokasi ini dipakai orang-orang untuk menguji nyali, melompat dari ketinggian tebing kemudian jatuh ke laut yang dalam dan bergelombang besar. Benar-benar aksi nekat. Jumping Point tidak direkomendasikan untuk didatangi oleh anak kecil dan para lanjut usia, meski hanya sekedar menonton, sebab pagar pengamannya tak banyak. Salah langkah artinya terjerembab ke laut.



Drama di Akhir Hari
Di luar pantai Jungut Batu dan Mangrove Point, rata-rata pantai berpasir putih di Nusa Lembongan tersembunyi oleh tebing karang, menciptakan kesan pantai rahasia bagi siapapun yang datang. Salah satunnya yakni Dream Beach.

Berada di barat daya pulau, Dream Beach membentuk lekukan dengan taburan pasir bersih. Sunset disini punya daya tarik tersendiri, manalagi terdapat resort istimewa dengan kolam renang lapang yang dapat dinikmati semua kalangan. Umumnya pasangan muda berseliweran disini.


Saingan terberat Dream Beach adalah Devil’s Tear, yang lokasinya bersebelahan. Meski hanya semata karang, Devil’s Tear mempertontonkan drama di akhir hari yang ‘ganas’. Hal ini tercipta oleh ombak besar yang menghantam karang. Karena terjadi terus menerus, bagian bawah karang akhirnya berbentuk rongga besar. Alhasil, setiap diterjang ombak, ronga-ronga tersebut mencipratkan air dengan bunyi dentuman bak meriam. Dibumbui oleh langit senja nan merah menyalah, drama di Devil’s Tear barangkali  mewakili tangisan iblis. Anda ingin merasakannya juga?

Valentino Luis (Copyright) 
***
Cuplikan artikel ini dimuat di Majalah TRAVEL FOTOGRAFI edisi April 2014
Lebih Lengkap, silahkan disimak di:
Travel Fotografi Magazine (Official Website)
Travel Fotografi (Twitter)

Comments

Popular posts from this blog

Travelxpose Magazine - Februari 2014

National Geographic Indonesia (NatGeo) Traveler- Juli 2012

National Geographic Indonesia (NatGeo) Traveler - Desember 2012