National Geographic Indonesia (NatGeo) Traveler - Februari 2013


Mengadar Terakhir Sang Pejalan 

 
 AWALNYA SEPERTI perak, kilau air Danau Pichola pagi ini. Begitu matahari menyembul, kilaunya berubah keemasan, merambat cepat hingga ke dinding istana Jag Niwas yang putih bersih, lalu menyentuh juga tubuh Adam Cooper yang sedang menuruni anak tangga sebelah timur. Adam berkulit pucat, mengenakan pakaian longgar sewarna istana Jag Niwas. Ketika matahari menyorot dari depan, saya bisa melihat bagaimana cahaya menyerap masuk badannya.

Ia mendekatkan tubuh ke tepi danau -persis di bagian yang biasanya menjadi pijakan pertama semua tamu istana-, mengeluarkan sebuah kantong kulit kecil, memasukkan tangan ke dalamnya dan ketika menarik tangannya kembali tampaklah kepulan debu beterbangan. “Itu dia..,” saya bergumam sendiri, agak tersentak.

Adam mengangkat tangan, jemarinya dibuka lalu debu di genggamannya pun mengucur perlahan ke permukaan danau. Selang lima menit, madah pujian Hindu, Gayatri Mantra, sekonyong mengalun syahdu dari lobby istana. Munculnya lagu tersebut sebagai penutup aksi Adam barusan terasa amat menyentuh. Syair Oom yang dibunyikan berulang-ulang dengan tarikan akhir panjang nan lembut menimbulkan resonansi aneh dalam diri saya. 
 

SEHARI SEBELUMNYA lelaki Inggris itu menguraikan misi kunjungannya ke Udaipur, teristimewa ke Danau Pichola yang di tengahnya terdapat istana sekaligus hotel buatan abad 18 ini. Kami berkenalan dalam bus siang dari Ranakpur ke Udaipur. Waktu tempuh selama dua jam jadi tak membosankan karena cerita Adam yang terbilang unik.

“Semestinya bukan saya tapi Hugh, adikku, yang melakukan perjalanan ini,” begitu katanya tiba-tiba di sela jeda setelah saya menutup kisah awal ketertarikanku kenapa bertandang ke Rajasthan.

“Hugh bertahun-tahun terobsesi pada daerah ini. Ia menghiasi dinding kamarnya dengan gambar kota, kuil, dan padang pasir Rajasthan. Mengoleksi bermacam bacaan serta film bersetting Rajasthan seperti James Bond Octopussy atau The Deceivers yang muncul tahun 80-an. Pengetahuan geografinya akan propinsi barat daya India ini melampaui pengetahuanku mengenai West Midlands, tanah leluhur kami yang saya bangga-banggakan,” lanjutnya. Adam memijit tombol ponselnya sebentar, lantas menunjukkan beberapa foto. Saat saya hendak mengajukan tanya mengenai Hugh, ia berujar lirih,”Adikku meninggal enam bulan lalu karena kanker.” Seketika pertanyaan yang siap saya lontarkan membeku batu.


  
 (Cuplikan artikel saya ini dimuat di Majalah National Geographic Traveler Indonesia edisi bulan Februari 2013 sebanyak 10 halaman. Valentino Luis)

Lebih lanjut,  silahkan cek ke:

Comments

Popular posts from this blog

Travelxpose Magazine - Februari 2014

National Geographic Indonesia (NatGeo) Traveler - Desember 2012

National Geographic Indonesia (NatGeo) Traveler- Juli 2012